Selasa, 29 April 2014

GAYA KEPEMIMPINAN



I.       Pendekatan Tipe pada Gaya Kepemimpinan
a.      Carl Jung (Pendekatan Psikodinamik)
Pendekatan psikodinamik dalam kepemimpinan dibangun berdasarkan dua asumsi dasar. Pertama, karakteristik personal individu sesungguhnya telah tertanam jauh di dalam kepribadiannya sehingga sulit untuk diubah walaupun dengan aneka cara. Kuncinya adalah pengikut harus menerima secara legowo karakteristik seorang pemimpin, memahami dampak kepribadiannya tersebut diri mereka, dan menerima keistimewaan dan faktor ideosinkretik yang melekat pada seorang pemimpin.

Kedua, invididu memiliki sejumlah motif dan perasaan yang berada di bawah alam sadarnya. Motif dan perasaan ini tidak mereka sadari. Sebab itu, perilaku individu tidak hanya merupakan hasil dari tindakan dan respon yang bisa diamati, melainkan juga residu emosi dari pengalaman sebelumnya yang telah mengendap sekian lama di alam bawah sadarnya. 

Pendekatan psikodinamik berakar dari karya psikoanalisis Sigmund Freud tahun 1938 dan dilanjutkan oleh muridnya yaitu Carl Jung. Carl Gustav Jung kemudian mengembangkan alat ukur yang menjadi dasar pengukuran Kepemimpinan Psikodinamik. Alat ukur tersebut dikembangkan berdasarkan 4 dimensi. Pertama, menekankan pada kemana individu mencurahkan energinya (internal ataupun eksternal). Kedua, melibatkan cara orang mengumpulkan informasi. Ketiga, cara individu membuat keputusan (apakah rasional-faktual ataukah subyektif-personal). Keempat, menekankan pada perbedaan antarindividu, antara yang terencana dengan yang spontan.


Berdasarkan keempat dimensi tersebut, Jung kemudian membuat empat klasifikasi yang menjadi dasar kategorisasi kepemimpinan psikodinamik yaitu:
1.    Ekstraversi versus introversi, meliputi kemana individu cenderung mencurahkan energinya, kepada aspek internal ataukah eksternal.
Ektraversi adalah kecenderungan individu untuk mengumpulkan informasi, inspirasi, dan energi dari luar dirinya. Salah satu ciri individu ekstrovert adalah mereka bicara banyak hal. Orang seperti ini suka berhubungan dengan orang lain dan memiliki kecenderungan bertindak. Mereka terkesan bersemangat dan disukai dalam pergaulan sosial. 
Sebaliknya, individiu introvert cenderung menggunakan gagasan dan pemikirannya sendiri dalam mengumpulkan informasi tanpa terlalu membutuhkan rangsangan eksternal. Individu seperti pun cenderung mendengar ketimbang berbicara. Mereka mampu mengumpulkan informasi baik melalui kegiatan membaca ataupun menonton televisi. Ciri utama introversi adalah kebutuhannya untuk menyendiri agar mampu berpikir serta memulihkan diri.

2. Sensing versus intuiting, meliputi apakah individu cenderung mengumpulkan informasi secara empirik ataukah intuitif. Dimensi sensing dan intuition berkaitan dengan kegiatan invididu dalam memperoleh informasi. Sensor mengumpulkan data lewat perasa (sensing), dan pemikiran mereka berkisar di sekitar masalah praktis dan faktual. Individu kategori sensingcenderung menyukai rincian serta melibatkan diri di dalam dunia praktis. Mereka lebih memperhatikan segala apa yang bisa mereka lihat, dengar, sentuh, bau, dan rasakan. Ketepatan dan akurasi adalah kesukaan utama orang yang berdimensi sensing.
Tipe Intuition adalah orang yang intuitif. Mereka cenderung konseptual dan teoretis. Pengalaman praktis dalam kehidupan sehari-hari justru membosankan mereka. Mereka lebih menyukai kegiatan pemikiran yang kreatif, berpikir tentang masa depan, serta melakukan hal-hal yang tidak umum saat menyelesaikan suatu masalah. Dalam mengumpulkan informasi, tipe intuition mencari segala keterhubungan dan mengkaji hipotesis-hipotesis; mereka cenderung menggunakan kerangka teoretis dalam memahami dan memperoleh data. 

3.    Thinking versus feeling, yang meliputi kecenderungan individu untuk membuat keputusan secara rasional atau subyektif.
Setelah memperoleh informasi, individu perlu membuat keputusan berdasarkan data dan fakta yang mereka miliki. Terdapat dua cara dalam membuat keputusan, yaitu dengan thinking dan feeling. Individu yang masuk kategori thinking cenderung menggunakan logika, menjaga obyektivitas, dan berpikir secara analitis. Dalam melakukan kegiatan ini, mereka cenderung tidak melibatkan diri ataupun terkesan terpisah dengan orang lain. Mereka lebih suka membuat keputusan secara terukur. Kebalikan dari thingking adalah feeling. Tipe ini cenderung subyektif, mencari harmoni dengan orang lain, serta lebih memperhatikan perasaan orang lain. Individu tipe ini pun cenderung lebih terlibat dengan orang lain baik di dalam lingkup pekerjaan, serta umumnya dianggap sebagai individu yang bijaksana atau manusiawi. 

4.    Judging versus perceiving, meliputi kecenderungan individu untuk hidup secara tertata/terencana ataukan spontan.
Tipe judger cenderung menyukai sesuatu yang terstruktur, terencana, terjadwal, dan hal-hal yang solutif (menyelesaikan permasalahan). Mereka lebih menyukai kepastian dan cenderung bertindak secara step-by-step. Sebab itu, tipe ini merasa yakin pada metodenya ketika bertindak.
Sebaliknya, perceiver cenderung lebih fleksibel, adaptif, tentatif, dan terbuka. Mereka ini lebih spontan. Perceiver menghindari deadline yang serius dan bisa mengubah pikiran ataupun keputusannya sendiri hampir tanpa kesulitan. Tabel kelebihan dan kekurangan dari dimensi Jung sebagai berikut:




Tipe Pemimpin
Kelebihan Pemimpin
Kekurangan Pemimpin
Thinker
Obyektif
Rasional
Penuntas masalah
Kritis
Penuntut
Tidak sensitif
Feeler
Empatik
Kooperatif
Loyal/Setia
Tidak tegas
Berulah-ulah
Ekstravert
Bersemangat
Komunikatif
Terbuka
Kebanyakan ngomong
Ceroboh
Introvert
Pendiam
Reflektif
Pemikir
Lambat memutuskan
Ragu-ragu
Intuitor
Pemikir strategis
Berorientasi masa depan
Samar-samar
Tidak rinci
Sensor
Praktis
Berorientasi tindakan
Tidak imajinatif
Cenderung rincian
Judger
Tegas
Ketat pada rencana
Kaku
Tidak fleksibel
Perceiver
Fleksibel
Penasaran

Berantakan
Tidak fokus
  

a.      Myers-Briggs
Type Myers-Briggs didasari pada penemuan Jung akan empat fungsi dasar. Myers dan Briggs menjelaskan bahwa teori Jung mengasumsikan bahwa tampaknya banyak perilaku acak yang sebenarnya memiliki kesamaan dan perbedaan dasar.
Terdapat dua cara mempersepsi yang amat lain , dengan melalui indera (sensing) dan melalui perasaan (intuiting). Terdapat pula cara penilaian melalui pikiran (thingking) dan perasaan (feeling).

b.     Drake Beam Morin, Inc
Drake Beam Morin, Inc., mengembangkan Tes 1-Speak berdasarkan pada empat tipe kepribadian Jung yang digunakan untuk menciptakan suatu profil gaya komunikasi seseorang. Keempat gaya dalam survei 1-Speak adalah pengintuisi (Intuitor), pemikir (Thinker), pengindra (Senser), dan perasa (Feeler).


II. Gaya Pengoperasian
 Adalah pola perilaku seseorang yang konsisten, yang diamati oleh orang lain bila ada orang yang berusaha membantu orang lainnya untuk mencapai tujuan.



a.      Bagaimana menjelaskan gaya pengoperasian

Perangkat bahasa yang digunakan secara luas untuk mengungkapkan makna pengalaman disebut kiasan. Kiasan memberi makna pada suatu situasi dengan membandingkannya dengan hal lainnya, dengan berbicara tentang situasi pertama seakan-akan itu adalah situasi kedua. Kiasan cenderung melekat dalam ingatan karena selain ungkapannya ringkas juga seringkali baru dan gamblang. 




III.     Gaya kepemimpinan paling efektif di FISIP UB
Menurut kami ada 3 gaya yang paling efektif jika dilaksanakan di kepemimpinan FISIP UB. Gaya kepemimpinan tersebut adalah Gaya tim dan gaya pemimpin pertengahan dari teori kisi kepemimpinan milik Blake dan Louton, juga gaya eksekutif dari teori 3D milik Reddin. Penjelasan gaya kepempinan tersebut adalah:
1.      Gaya tim (team style)
Gaya ini efektif karena gaya tim menekankan pada kerja tim. Dalam gaya kepemimpinan ini jika terjadi konflik di dalam internal FISIP UB maka seorang pemimpin langsng mengambil tindakan dengan cara memeriksa alasan timbulnya perbedaan atau masalah dan mencari penyebab utamanya. Seorang pemimpin tim harus mampu menumbuhkan betapa pentingnya saling mempercayai dan saling menghargai diantara sesama anggota tim (publik internal FISIP UB). Selain itu seorang pemimpin juga harus menghargai kinerja yang telah dilakukan oleh anggotanya. Dengan gaya tim ini tujuannya adalah agar pemimpin lebih dekat dan tahu mengenai seluk beluk kinerja anggotanya. Seorang pemimpin harus menjadi panutan dalam bertindak dan harus bijaksana dalam mengambil setiap keputusan sehingga keputusannya dapat diterima oleh semua anggotanya.

2.       Gaya pemimpin pertengahan (middle-of-the-road style)
Gaya pemimpin ini sebenarnya kepanjangan tangan dari kepemimpinan gaya tim. Pimpinan FISIP UB selayaknya menjadi pemimpin yang jujur dan  tegas. Selain karena FISIP merupakan fakultas yang merambah dunia sosial dan politik maka dalam menangani setiap masalah harus melihat keadaan tersebut tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Seorang pemimpin yang baik mencari pemecahan masalah tanpa memihak dan berusaha untuk mempertahankan keadaan publik internalnya tetap dalam kondisi baik. Sehingga hal ini memperlukan sikap seorang pemimpin yang objektif dan tegas dalam mengambil keputusan. Tujuan dari gaya pemimpin pertengahan ini adalah untuk meminimalisir adanya koalisi yang mungkin saja timbul di dalam publik internal akibat keputusan pimpinan yang berat sebelah.

3.      Gaya eksekutif milik Teori 3D Reddin
Gaya eksekutif merupakan gaya kepemimpinan dimana setiap masing-masing anggotanya mempunyai tanggung jawab yang besar. Sehingga dalam mengerjakan tugasnya setiap anggota harus mampu mempertanggungjawabkan tugasnya di depan pimpinan. Hal ini mendorong munculnya tugas yang diemban menjadi berat karena harus fokus dan maksimal dalam pelaksanaanya. Oleh karena itu seorang pemimpin yang baik harus mampu menciptakan hubungan yang kuat antar publik internalnya.
Menurut kami gaya kepemimpinan ini layak dilakukakn di FISIP karena ada beberapa bagian dari publik internal FISIP yang kurang tanggung jawab terhadap tugas dan cenderung menyepelekannya. Banyak keluhan yang terjadi namun tetap saja tidak ada perubahan yang dilakukan oleh pihak internal. Dengan menanamkan sikap tanggung jawab terhadap pekerjaannya diharapkan mampu membuat anggota tim bekerja sebaik mungkin agar tidak terjadi benturan di dalam publik internal. Untuk itu seorang pemimpin harus bisa menjadi motivator yang baik, merangkul semua anggotanya dan memberikan motivasi kerja yang bagus. Perlakukan anggota tim dengan cara tersendiri karena setiap anggota memiliki sikap dan pemikiran yang berbeda-beda. Manajemen tim pun menjadi pilihan utama dalam mengkoordinasi semua tindakan dan keputusan di dalam publik internal FISIP UB. Tujuan dari gaya kepemimpinan ini adalah untuk menciptakan rasa tanggung jawab bagi setiap anggota agar ia merasa menjadi bagian yang penting dalam tim. Kerja keras juga dibayar dengan reward yang besar dari pimpinan serta publik internal FISIP UB. Selain itu gaya kepemimpinan ini juga mendorong agar hubungan yang terdapat dalam internal FISIP UB semakin kuat dan menjadi sebuah budaya organisasi yang membanggakan bagi organisasi itu sendiri.