I.
Pendekatan Tipe pada Gaya Kepemimpinan
a.
Carl Jung (Pendekatan Psikodinamik)
Pendekatan psikodinamik
dalam kepemimpinan dibangun berdasarkan dua asumsi dasar. Pertama,
karakteristik personal individu sesungguhnya telah tertanam jauh di dalam
kepribadiannya sehingga sulit untuk diubah walaupun dengan aneka cara. Kuncinya
adalah pengikut harus menerima secara legowo karakteristik
seorang pemimpin, memahami dampak kepribadiannya tersebut diri mereka, dan
menerima keistimewaan dan faktor ideosinkretik yang melekat pada seorang
pemimpin.
Kedua, invididu memiliki
sejumlah motif dan perasaan yang berada di bawah alam sadarnya. Motif dan
perasaan ini tidak mereka sadari. Sebab itu, perilaku individu tidak hanya
merupakan hasil dari tindakan dan respon yang bisa diamati, melainkan juga
residu emosi dari pengalaman sebelumnya yang telah mengendap sekian lama di
alam bawah sadarnya.
Pendekatan psikodinamik
berakar dari karya psikoanalisis Sigmund Freud tahun 1938 dan dilanjutkan oleh
muridnya yaitu Carl Jung. Carl Gustav Jung kemudian mengembangkan alat ukur
yang menjadi dasar pengukuran Kepemimpinan Psikodinamik. Alat ukur tersebut
dikembangkan berdasarkan 4 dimensi. Pertama, menekankan pada kemana
individu mencurahkan energinya (internal ataupun eksternal). Kedua,
melibatkan cara orang mengumpulkan informasi. Ketiga, cara individu
membuat keputusan (apakah rasional-faktual ataukah subyektif-personal). Keempat,
menekankan pada perbedaan antarindividu, antara yang terencana dengan yang
spontan.
Berdasarkan
keempat dimensi tersebut, Jung kemudian membuat empat klasifikasi yang menjadi
dasar kategorisasi kepemimpinan psikodinamik yaitu:
1.
Ekstraversi versus introversi,
meliputi kemana individu cenderung mencurahkan energinya, kepada aspek internal
ataukah eksternal.
Ektraversi adalah
kecenderungan individu untuk mengumpulkan informasi, inspirasi, dan energi dari
luar dirinya. Salah satu ciri individu ekstrovert adalah mereka
bicara banyak hal. Orang seperti ini suka berhubungan dengan orang lain dan
memiliki kecenderungan bertindak. Mereka terkesan bersemangat dan disukai dalam
pergaulan sosial.
Sebaliknya, individiu introvert cenderung
menggunakan gagasan dan pemikirannya sendiri dalam mengumpulkan informasi tanpa
terlalu membutuhkan rangsangan eksternal. Individu seperti pun cenderung
mendengar ketimbang berbicara. Mereka mampu mengumpulkan informasi baik melalui
kegiatan membaca ataupun menonton televisi. Ciri utama introversi adalah
kebutuhannya untuk menyendiri agar mampu berpikir serta memulihkan diri.
2. Sensing versus intuiting,
meliputi apakah individu cenderung mengumpulkan informasi secara empirik
ataukah intuitif. Dimensi sensing dan intuition berkaitan
dengan kegiatan invididu dalam memperoleh informasi. Sensor mengumpulkan data
lewat perasa (sensing), dan pemikiran mereka berkisar di sekitar masalah
praktis dan faktual. Individu kategori sensingcenderung menyukai
rincian serta melibatkan diri di dalam dunia praktis. Mereka lebih
memperhatikan segala apa yang bisa mereka lihat, dengar, sentuh, bau, dan
rasakan. Ketepatan dan akurasi adalah kesukaan utama orang yang berdimensi sensing.
Tipe Intuition adalah
orang yang intuitif. Mereka cenderung konseptual dan teoretis. Pengalaman
praktis dalam kehidupan sehari-hari justru membosankan mereka. Mereka lebih
menyukai kegiatan pemikiran yang kreatif, berpikir tentang masa depan, serta
melakukan hal-hal yang tidak umum saat menyelesaikan suatu masalah. Dalam
mengumpulkan informasi, tipe intuition mencari segala
keterhubungan dan mengkaji hipotesis-hipotesis; mereka cenderung menggunakan
kerangka teoretis dalam memahami dan memperoleh data.
3.
Thinking versus feeling,
yang meliputi kecenderungan individu untuk membuat keputusan secara rasional
atau subyektif.
Setelah memperoleh
informasi, individu perlu membuat keputusan berdasarkan data dan fakta yang
mereka miliki. Terdapat dua cara dalam membuat keputusan, yaitu dengan thinking dan feeling.
Individu yang masuk kategori thinking cenderung menggunakan logika,
menjaga obyektivitas, dan berpikir secara analitis. Dalam melakukan kegiatan
ini, mereka cenderung tidak melibatkan diri ataupun terkesan terpisah dengan
orang lain. Mereka lebih suka membuat keputusan secara terukur. Kebalikan dari thingking adalah feeling.
Tipe ini cenderung subyektif, mencari harmoni dengan orang lain, serta lebih
memperhatikan perasaan orang lain. Individu tipe ini pun cenderung lebih
terlibat dengan orang lain baik di dalam lingkup pekerjaan, serta umumnya
dianggap sebagai individu yang bijaksana atau manusiawi.
4.
Judging versus perceiving,
meliputi kecenderungan individu untuk hidup secara tertata/terencana ataukan
spontan.
Tipe judger cenderung
menyukai sesuatu yang terstruktur, terencana, terjadwal, dan hal-hal yang
solutif (menyelesaikan permasalahan). Mereka lebih menyukai kepastian dan
cenderung bertindak secara step-by-step. Sebab itu, tipe ini merasa
yakin pada metodenya ketika bertindak.
Sebaliknya, perceiver cenderung
lebih fleksibel, adaptif, tentatif, dan terbuka. Mereka ini lebih
spontan. Perceiver menghindari deadline yang
serius dan bisa mengubah pikiran ataupun keputusannya sendiri hampir tanpa
kesulitan. Tabel kelebihan dan kekurangan dari dimensi Jung sebagai berikut:
Tipe
Pemimpin
|
Kelebihan
Pemimpin
|
Kekurangan
Pemimpin
|
Thinker
|
Obyektif
Rasional
Penuntas masalah
|
Kritis
Penuntut
Tidak sensitif
|
Feeler
|
Empatik
Kooperatif
Loyal/Setia
|
Tidak tegas
Berulah-ulah
|
Ekstravert
|
Bersemangat
Komunikatif
Terbuka
|
Kebanyakan ngomong
Ceroboh
|
Introvert
|
Pendiam
Reflektif
Pemikir
|
Lambat memutuskan
Ragu-ragu
|
Intuitor
|
Pemikir strategis
Berorientasi masa depan
|
Samar-samar
Tidak rinci
|
Sensor
|
Praktis
Berorientasi tindakan
|
Tidak imajinatif
Cenderung rincian
|
Judger
|
Tegas
Ketat pada rencana
|
Kaku
Tidak fleksibel
|
Perceiver
|
Fleksibel
Penasaran
|
Berantakan
Tidak fokus
|
a. Myers-Briggs
Type Myers-Briggs didasari
pada penemuan Jung akan empat fungsi dasar. Myers dan Briggs menjelaskan bahwa
teori Jung mengasumsikan bahwa tampaknya banyak perilaku acak yang sebenarnya
memiliki kesamaan dan perbedaan dasar.
Terdapat dua cara
mempersepsi yang amat lain , dengan melalui indera (sensing) dan melalui perasaan (intuiting).
Terdapat pula cara penilaian melalui pikiran (thingking) dan perasaan (feeling).
b.
Drake Beam
Morin, Inc
Drake
Beam Morin, Inc., mengembangkan Tes 1-Speak berdasarkan pada empat tipe
kepribadian Jung yang digunakan untuk menciptakan suatu profil gaya komunikasi
seseorang. Keempat gaya dalam survei 1-Speak adalah pengintuisi (Intuitor),
pemikir (Thinker), pengindra (Senser), dan perasa (Feeler).
Adalah pola perilaku seseorang yang konsisten, yang
diamati oleh orang lain bila ada orang yang berusaha membantu orang lainnya
untuk mencapai tujuan.
a.
Bagaimana menjelaskan gaya pengoperasian
Perangkat bahasa yang digunakan
secara luas untuk mengungkapkan makna pengalaman disebut kiasan. Kiasan memberi
makna pada suatu situasi dengan membandingkannya dengan hal lainnya,
dengan berbicara tentang situasi pertama seakan-akan itu adalah situasi kedua.
Kiasan cenderung melekat dalam ingatan karena selain ungkapannya ringkas juga
seringkali baru dan gamblang.
III.
Gaya kepemimpinan paling efektif di
FISIP UB
Menurut kami ada 3 gaya
yang paling efektif jika dilaksanakan di kepemimpinan FISIP UB. Gaya
kepemimpinan tersebut adalah Gaya tim dan gaya pemimpin pertengahan dari teori
kisi kepemimpinan milik Blake dan Louton, juga gaya eksekutif dari teori 3D
milik Reddin. Penjelasan gaya kepempinan tersebut adalah:
1. Gaya tim (team style)
Gaya ini efektif karena
gaya tim menekankan pada kerja tim. Dalam gaya kepemimpinan ini jika terjadi
konflik di dalam internal FISIP UB maka seorang pemimpin langsng mengambil
tindakan dengan cara memeriksa alasan timbulnya perbedaan atau masalah dan
mencari penyebab utamanya. Seorang pemimpin tim harus mampu menumbuhkan betapa
pentingnya saling mempercayai dan saling menghargai diantara sesama anggota tim
(publik internal FISIP UB). Selain itu seorang pemimpin juga harus menghargai
kinerja yang telah dilakukan oleh anggotanya. Dengan gaya tim ini tujuannya
adalah agar pemimpin lebih dekat dan tahu mengenai seluk beluk kinerja
anggotanya. Seorang pemimpin harus menjadi panutan dalam bertindak dan harus
bijaksana dalam mengambil setiap keputusan sehingga keputusannya dapat diterima
oleh semua anggotanya.
2.
Gaya pemimpin pertengahan (middle-of-the-road style)
Gaya pemimpin ini
sebenarnya kepanjangan tangan dari kepemimpinan gaya tim. Pimpinan FISIP UB
selayaknya menjadi pemimpin yang jujur dan tegas. Selain karena FISIP merupakan fakultas
yang merambah dunia sosial dan politik maka dalam menangani setiap masalah
harus melihat keadaan tersebut tidak hanya dari satu sudut pandang saja.
Seorang pemimpin yang baik mencari pemecahan masalah tanpa memihak dan berusaha
untuk mempertahankan keadaan publik internalnya tetap dalam kondisi baik.
Sehingga hal ini memperlukan sikap seorang pemimpin yang objektif dan tegas
dalam mengambil keputusan. Tujuan dari gaya pemimpin pertengahan ini adalah
untuk meminimalisir adanya koalisi yang mungkin saja timbul di dalam publik
internal akibat keputusan pimpinan yang berat sebelah.
3. Gaya eksekutif milik Teori 3D Reddin
Gaya eksekutif merupakan
gaya kepemimpinan dimana setiap masing-masing anggotanya mempunyai tanggung
jawab yang besar. Sehingga dalam mengerjakan tugasnya setiap anggota harus
mampu mempertanggungjawabkan tugasnya di depan pimpinan. Hal ini mendorong
munculnya tugas yang diemban menjadi berat karena harus fokus dan maksimal
dalam pelaksanaanya. Oleh karena itu seorang pemimpin yang baik harus mampu
menciptakan hubungan yang kuat antar publik internalnya.
Menurut kami gaya
kepemimpinan ini layak dilakukakn di FISIP karena ada beberapa bagian dari
publik internal FISIP yang kurang tanggung jawab terhadap tugas dan cenderung
menyepelekannya. Banyak keluhan yang terjadi namun tetap saja tidak ada
perubahan yang dilakukan oleh pihak internal. Dengan menanamkan sikap tanggung
jawab terhadap pekerjaannya diharapkan mampu membuat anggota tim bekerja sebaik
mungkin agar tidak terjadi benturan di dalam publik internal. Untuk itu seorang
pemimpin harus bisa menjadi motivator yang baik, merangkul semua anggotanya dan
memberikan motivasi kerja yang bagus. Perlakukan anggota tim dengan cara
tersendiri karena setiap anggota memiliki sikap dan pemikiran yang
berbeda-beda. Manajemen tim pun menjadi pilihan utama dalam mengkoordinasi
semua tindakan dan keputusan di dalam publik internal FISIP UB. Tujuan dari
gaya kepemimpinan ini adalah untuk menciptakan rasa tanggung jawab bagi setiap
anggota agar ia merasa menjadi bagian yang penting dalam tim. Kerja keras juga
dibayar dengan reward yang besar dari pimpinan serta publik internal FISIP UB.
Selain itu gaya kepemimpinan ini juga mendorong agar hubungan yang terdapat
dalam internal FISIP UB semakin kuat dan menjadi sebuah budaya organisasi yang
membanggakan bagi organisasi itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar